About

sebuah blog karya salah satu guru di sekolah menengah atas unggulan di palembang, tepatny di SMA Negeri 5 Palembang, berisi materi-materi penting tentang ilmu geografi untuk Kelas SMA ataupun lanjutan...

my Foto





































Read more

Materi Hidrosfer Kelas X Akselerasi SMA.N 5 Palembang

Silahkan Klik Link dibawah ini dengan cara diblok terlebih dahulu...

http://www.ziddu.com/download/21464621/bab8.ppt.html

Read more

Materi Atmosfer Kelas X Akselerasi SMA.N 5 PLG


Silahkan Klik Link dibawah ini, dgn cara di blok terlebih dahulu:

http://www.ziddu.com/download/21464500/bab7.ppt.html

Read more

Video Pembelajaran Geografi


Read more

Jurnal Kebumian SMA.N 5 Palembang

Untuk melihat Jurnal Kebumian (Geografi) SMA.N 5 Palembang
Silahkan Klik pada Link dibawah ini...!

http://www.ziddu.com/download/21455864/TEAMOLIMPIADEGEOGRAFISMANLEE.pdf.html

Read more

Keterampilan analisis data

Dalam filsafat ilmu pengetahuan ditegaskan bahwa suatu pengetahuan yang sistematis disebut ilmu pengetahuan bila memiliki sekurang-kurangnya tiga aspek, yaitu aspek ontologis, aspek epistemologis dan aspek aksiologis atau aspek fungsional. Hakikat Geografi sebagai ilmu pengetahuan dapat ditelusuri melalui kaitan bagian permukaan bumi dengan kehidupan manusia.
1. Aspek Ontologis
Aspek ontologis suatu disiplin ilmu pengetahuan menghendaki adanya rumusan (batasan) mengenai obyek studi yang jelas dan tegas sehingga menunjukkan perbedaan dengan bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, Geografi merupakan studi tentang :
(1) Bentangan atau landskap.
(2) Tempat-tempat (jenis, Lukerman).
(3) Ruang, khususnya yang ada pada permukaan bumi (E. Kant).
(4) Pengaruh tertentu dari lingkungan alam kepada manusia (Houston, Martin).
(5) Pola-pola ruang yang beraneka ragam (Robinson, Lindberg, dan Brinkman).
(6) Perbedaan wilayah dan integrasi wilayah (Hartshorne).
(7) Proses-proses lingkungan dan pola-pola yang dihasilkannya (Barlow-Newton).
( Lokasi, distribusi, interdependensi, dan interaksi dalam ruang (Lukerman).
(9) Kombinasi atau paduan, konfigurasi gejala-gejala pada permukaan bumi
(Minshull).
(10) Sistem manusia-lingkungan.
(11) Sistem manusia-bumi (Berry).
(12) Saling hubungan di dalam ekosistem (Morgan, Moss).
(13) Ekologi manusia.
(14) Kebedaan areal dari paduan gejala-gejala pada permukaan bumi (Hartskorus).
Ini berarti bahwa aspek ontologis geografi mencakup interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia. Pengertian bagian permukaan bumi itu mencakup juga lingkungan fauna, flora, dan biosfer. Unsur ruang atau wilayah atau tempat itulah yang menjadi perhatian geografi sejak dulu. Tidak ada disiplin ilmu lain yang memperhatikan fakta tentang ruang, yang justru penting sebagai tempat dari aneka ragam gejala dan kejadian di permukaan bumi kita ini. Geografi memperhatikan ruang (space) dari sudut pandangan wilayah “an sich” dan bukan dari sudut pandangan gejala-gejala yang terhimpun di dalamnya. Hal tersebut yang membedakan geografi dari ilmu-ilmu lain. Maka analisis tentang “area yang kompleks” merupakan bagian perhatian utama dari geografi.
Pada hakikatnya, Geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan, selalu melihat keseluruhan gejala dalam ruang dengan memperhatikan secara mendalam tiap aspek yang menjadi komponen tiap aspek tadi. Geografi sebagai satu kesatuan studi (unified geography), melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, dengan mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala—interaksi—integrasi keruangan, menjadi hakekat kerangka kerja utama pada Geografi dan Studi Geografi (Sumaatmadja).
Dalam perkembangannya, dengan obyek studi geografi tersebut melahirkan ilmu pengetahuan Geografi Fisis (Physical Geography), Geografi Manusia (Human Geography), dan Geografi Regional (Regional Geography); dengan berbagai anak cabangnya masing-masing.
2. Aspek Epistemologis
Aspek epistemologis (metodologis, pendekatan) geografi sejalan dengan aspek epistemologis ilmu pada umumnya, yaitu penggunaan metodologi ilmiah dengan pemikiran deduktif, pendekatan hipotesis, serta penelaahan induktif terutama di dalam tahap verifikasi. Pendekatan deduktif analisis geografi bertitik tolak dari pengamatan secara umum, yaitu dari postulat, dalil atau premis yang dianggap sudah diakui secara umum. Kemudian dari hasil pengamatan secara umum ini diambil kesimpulan secara khusus (reasoning from the general to the particular). Pola pendekatan induksi-empiris berpangkal tolak dari pengamatan dan pengkajian yang bersifat khusus, berdasarkan fakta dari gejala yang diamati dan dari sini diambil suatu kesimpulan secara umum (reasoning from the particular to the general). Dengan metode induksi-empiris saja, maka hukum-hukum, dalil-dalil dan teori-teori geografi hanya berlaku di suatu tempat dan waktu-waktu tertentu, sebab hukum, dalil maupun teori geografi sangat tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Untuk menjembatani kedua pendekatan yang berbeda ini geografi menggunakan metode pendekatan reflective thingking; yaitu menggunakan atau menggabungkan pendekatan dedukif dan induktif secara hilir-mudik dalam penelitian geografi.
Terdapat tiga macam cara untuk menyelidiki realita pada permukaan bumi (menurut Kant, Hettner, Hartshorne):
a. Secara sistematis; yaitu mencari penggolongan, ketegori, kesamaan dan keadaan dari gejala-gejala yang ada pada permukaan bumi. Terjadilah ilmu-ilmu seperti biologi, fisika, kimia (tergolong ilmu-ilmu pengetahuan alam), dan ilmu-ilmu seperti sosiologi, psikologi, ekonomi, politik (tergolong ilmu-ilmu pengetahuan sosial).
b. Secara kronologis (chronos = waktu); yaitu menyelidiki gejala-gejala pada permukaan bumi dalam urutan-urutan waktu (palaeontologi, arkeologi, sejarah).
c. Secara korologis (choora = wilayah); yaitu menyelidiki gejala-gejala dalam hubungannya dengan ruang bumi (geografi, geofisika, astronomi).
Dari ketiga macam pendekatan tersebut, ilmu geografi menggunakan (mengutamakan) pendekatan korologis. Penggunaan peta adalah wujud dari pendekatan korologis ini. Sehingga ada ahli geografi yang berkata, “Geografer adalah orang yang bekerja dengan peta untuk menghasilkan peta.”
Orang yang berkecimpung dalam bidang geografi, sekurang-kurangnya harus melakukan dua jenis pendekatan, yaitu yang berlaku pada sistem keruangan [korologis] dan yang berlaku pada ekologi atau ekosystem. Bahkan untuk mengkaji perkembangan dan dinamika suatu gejala dan atau suatu masalah, harus pula menggunakan pendekatan historis atau pendekatan kronologis (Sumaatmadja, 1981).
3. Aspek Aksiologis
Adapun aspek aksiologi geografi adalah mengikuti pendekatan fungsional untuk kesejahteraan manusia. Keterlibatan geografi dengan aspek-aspek bidang studinya tersebut membuatnya menjadi cabang ilmu yang berfungsi menjelaskan, meramal, dan mengontrol yang diaplikasikan ke dalam Perencanaan dan Pengembangan wilayah. Aspek aksiologi ilmu pengetahuan geografi ini melahirkan Geografi Terapan.
a. Menjelaskan
Geografi harus dapat memberikan penjelasan tentang gejala-gejala obyek studinya. Fungsi menjelaskan memungkinkan orang akan mengerti akan gejala-gejala, bagaimana adanya (deskriptif) dan terjadinya serta mengapa itu terjadi (analisis kausalitas). Penalaran dengan logika deduktif dan induktif merupakan sarana dalam memberikan penjelasan itu. Penjelasan itu dapat dilakukan secara kualitatif dan secara kuantitatif. Sistem Informasi Geografis (SIG atau GIS = Geographic Information System) adalah inplikasi dari fungsi-fungsi menjelaskan data dari gejala geografis.
b. Meramal
Geografi harus dapat meramal (memprediksi) gejala-gejala yang mungkin akan terjadi ke depan. Fungsi meramal ini bertolak dari penjelasan yang telah diberikan dan yang melahirkan pengertian pada orang lain. Dengan pengertian itu orang dapat berbuat sesuatu, memanfaatkan gejala, menghindarinya, mencegah terjadinya atau pun mengurangi ekses yang mungkin merugikan sebagai akibat terjadinya gejala itu. Dengan pengertian ini, orang juga bisa membayangkan apa kira-kira yang akan terjadi apabila suatu gejala tertentu muncul.
c. Mengontrol
Geografi harus dapat mengontrol gejala-gejala. Ramalan dalam geografi, seperti juga dalam disiplin ilmu yang lainnya, memberikan stimuli bagi seseorang untuk mengambil inisiatif atau pun mempertimbangkan berbagai alternatif. Karena ramalan itu juga orang dapat mengatur segala sesuatu untuk mendorong terjadinya, menyambutnya, menghindarinya, mencegahnya, atau pun mengatasinya.
Dengan hakekat demikian, maka geografi berperan untuk penyebaran efektif, pemanfaatan potensi sumberdaya, dan perbaikan lingkungan dengan segala dampaknya. Gerakan perbaikan kependudukan dan lingkungan hidup adalah salah satu manifestasi dari fungsi mengontrol untuk menghindari, mencegah atau mengatasi masalah yang sedang dan akan di hadapi di muka planet bumi ini. Demikian juga dengan penerapan pendekatan geografi dalam perencanaan dan pengembangan wilayah.
Aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis geografi seperti ini mempermudah geografi membatasi dirinya sendiri dalam lingkup yang jelas.
Apabila ada yang membedakan ilmu dan pengetahuan menjadi kelompok ilmu-ilmu pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan sosial, maka kedudukan geografi adalah menjembatani kedua kelompok ilmu tersebut. Kalau “semua” gejala pada permukaan bumi telah dipilih dan ditekuni oleh berbagai disiplin ilmu (selain Geografi), maka tempat atau ruang atau area di mana segala kejadian dan gejala itu terhimpun, tetap tidak menjadi perhatian ilmu-ilmu tersebut.
Untuk menuju geografi terpadu (unifying geography) perlu ditegaskan komponen inti Geografi. Matthews, et al., (2004) mengusulkan empat komponen inti Geografi : ruang (space), tempat (place), lingkungan (environment) dan peta (maps).
Ruang menjadi satu konsep dalam inti geografi, yang dapat dipandang sebagai pendekatan spasial-korologikal untuk Geografi. Ruang juga mendominasi Geografi setiap waktu, ketika analisis spatial menjadi satu pendeskripsi untuk satu bentuk dari pekerjaan geografis. Pola spasial umumnya menjadi titik awal untuk kajian geografis; yang selanjutnya dapat dilacak proses perubahan secara spasial dan sistem spasial.
Tempat merupakan komponen kedua dalam inti geografi. Tempat terkait dengan kosep teritorial dalam Geografi dan menunjukkan karakteristik, kemelimpahan dan batas. Tempat merupakan bagian dari dunia nyata tempat manusia bertem dan dapat dikenali, dinterpretasi dan dikelola. Dalam ahli geografi manusia tempat merupakan refleksi dari identitas idividu maupun kelompok; sedang bagi ahli geografi fisik tempat tempat merupakan refleksi dari perbedaan lingkungan biofisik.
Lingkungan merupakan komponen inti Geografi ketiga yang mencakup lingkungan alami (topografi, iklim, air, biota, tanah) dan sebagai komponen inti yang memadukan dengan komponen geografi lainnya. Lingkungan menjadi interface antara lingkungan alam dan budaya, lahan dan kehidupan, penduduk dan lingkungan biofisikalnya.
Peta sebagai komponen inti Geografi keempat lebih merupakan bentuk representasi, tehnik dan metodologi dari pada sebagai satu konsep atau teori. Peta dipandang sebagai pernyerhanaan perpektif spasial dari fenomena/peristiwa yang dikaji dalam Geografi.
Ruang, tempat, lingkungan dan peta menjadi label dari Geografi. Komponen tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam kajian Geografi, baik dalam kajian Geografi Fisik maupun Geografi Manusia. Demikian juga dapat menjadi dasar konsep untuk disiplin Geografi secara utuh.
Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
Hakikat Geografi
Pengertian geografi memunculkan penafsiran yang berbeda-beda sehingga menimbulkan kesan yang berbeda-beda pula. Menurut Karl Ritter, geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Sebagai tempat tinggal manusia, bumi memiliki struktur dan pola yang terbentuk karena pengaruh aktivitas manusia.Agar pengertian geografi tidak terlalu meluas, adanya hakikat geografi dapat dijadikan sebagai batasan.
Terdapat 6 hakikat dari geografi, yaitu sebagai berikut.
Geografi sebagai ilmu pengetahuan bio-fisik. Hakikat ini berlaku apabila yang dipelajari atau dibahas adalah geografi fisik dan geografi biotik yang menjadi dasar telaah atas seluk beluk tanah.
Geografi sebagai relasi timbal balik antara manusia dan alam. Hakikat ini berlaku apabila yang dikaji adalah topik-topik sosial, contohnya pengangguran, migrasi, dan kelaparan.
Geografi sebagai ekologi manusia. Di dalam hakikat ini yang dipelajari atau dibahas (ditelaah) adalah adaptasi manusia terhadap lingkungan hidupnya. Manusia tidak hanya dianggap dan diakui sebagai makhluk dari dunia fisik-biotik, tetapi juga sebagai suatu kekuatan. Setiap masyarakat memiliki kemampuan dan cara-cara adaptasi yang diwariskan secara turun-temurun dan selalu dikembangkan. Akan tetapi, ekologi manusia lebih mengutamakan relasi manusia dengan lingkungannya dan kurang memperhatikan adanya hubungan antarwilayah.
Geografi sebagai telaah bentang alam. Di dalam hakikat ini geografi menelaah tentang geomorfologi permukaan bumi sehingga dapat diketahui adanya persamaan dan perbedaan bentuk-bentuknya.
Geografi sebagai telaah tentang sebaran gejala alam dan sosial. Di dalam hakikat ini geografi menelaah gejala dan fenomena yang terjadi di mana-mana. Oleh karena gejala dan fenomena tersebut terjadi di mana-mana dan berbeda-beda, maka teknik penelaahan yang dilakukan pun berbeda-beda pula.
Geografi sebagai teori tentang ruang bumi. Di dalam hakikat ini yang dibahas adalah kemampuan adaptasi manusia di dalam berperilaku sesuai dengan ruang keberadaannya.
Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
Rasional
Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan dalam segala
perwujudan makna: hidup sepanjang hayat, dan dorongan peningkatan
kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia
memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang
menekankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia, agar manusia
memahami karakteristik dunianya dan tempat hidupnya.
Bidang kajian geografi meliputi muka bumi dan proses-proses yang
membentuknya, hubungan antara manusia dengan lingkungan, serta
pertalian antara manusia dengan tempat-tempat. Sebagai suatu disiplin
integratif, geografi memadukan dimensi-dimensi alam dan manusia di
dunia, dalam menelaah manusia, tempat-tempat, dan lingkungannya.
Mata pelajaran Geografi mengembangkan pemahaman siswa tentang
organisasi spasial, masyarakat, tempat-tempat, dan lingkungan pada
muka bumi. Siswa didorong untuk memahami proses-proses fisik yang
membentuk pola-pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial
ekologis di muka bumi, sehingga diharapkan siswa dapat memahami
bahwa manusia menciptakan wilayah (region) untuk menyederhanakan
kompleksitas muka bumi. Selain itu, siswa dimotivasi secara aktif untuk
menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi
manusia tentang tempat-tempat dan wilayah. Dengan demikian siswa
diharapkan bangga akan warisan budaya dengan memiliki kepedulian
kepada keadilan sosial, proses-proses demokratis dan kelestarian
ekologis, yang pada gilirannya dapat mendorong siswa untuk
meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungannya pada masa kini dan
masa depan.
Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata
pelajaran Geografi, diharapkan membentuk siswa yang mampu
6
Geografi
mengembangkan darma baktinya untuk menjalin kerjasama dan
mengurangi konflik, sehingga siswa dapat bertindak secara sosial, spasial
dan ekologis serta bertanggung jawab, sebagai bekal hidupnya di
masyarakat dalam menghadapi fenomena lingkungan yang makin
terancam dan perekonomian global yang semakin kompetitif serta saling
bertautan.
B. Pengertian
Geografi mengkaji tentang aspek ruang dan tempat pada berbagai skala
di muka bumi. Penekanan bahan kajiannya adalah gejala-gejala alam
dan kehidupan yang membentuk lingkungan dunia dan tempat-tempat.
Gejala alam dan kehidupan itu dapat dipandang sebagai hasil dari proses
alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang dapat memberi
dampak kepada mahluk hidup yang tinggal di atas permukaan bumi.
Untuk menjelaskan pola-pola gejala geografis yang terbentuk, dan
mempertajam maknanya, disajikan dalam bentuk deskripsi, peta dan
tampilan geografis lainnya.
C. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Fungsi pelajaran Geografi adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan
proses yang berkaitan.
b. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data
dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan
pengetahuan geografi.
c. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap
lingkungan hidup dan sumber daya serta toleransi terhadap
keragaman sosial-budaya masyarakat.
2. Tujuan
Tujuan pembelajaran Geografi meliputi ketiga aspek sebagai
berikut:
7
Pendahuluan
Pengetahuan:
a. Mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan
pola keruangan dan proses-prosesnya.
b. Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang dan
keterbatasannya untuk dimanfaatkan.
c. Mengembangkan konsep dasar geografi yang berhubungan
dengan lingkungan sekitar, dan wilayah negara/dunia.
Keterampilan:
a. Mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik,
lingkungan sosial dan lingkungan binaan.
b. Mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data
dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek keruangan.
c. Mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan
dan hasil-hasil dari interaksi berbagai gejala geografis.
Sikap:
a. Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena
geografi yang terjadi di lingkungan sekitar.
b. Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab
terhadap kualitas lingkungan hidup.
c. Mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam
pemanfaatan sumber daya.
d. Mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan sosial dan
budaya.
e. Mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa.
HAKIKAT GEOGRAFI
1. Pengertian Geografi.
Hasil Simlok IGI bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dari sudut
pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
2. Ruang Lingkup Geografi.
Studi geografi selalu menganalisis gejala manusia dan gejala alam dari segi lokasi dan persebaran fenomena di
permukaan bumi, serta mencari interelasi dan interaksinya dalam ruang tertentu. Rhoad Murphey mengemukakan tiga
pokok ruang lingkup geografi, yaitu sebagai berikut: a. Persebaran dan keterkaitan penduduk di muka bumi dengan
sejumlah aspek-aspek keruangan serta bagaimana manusia memanfaatkannya. b. Interaksi manusia dengan
lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah c. Kajian terhadap region dan analisis
dari region yang mempeunyai ciri khusus.
3. Objek studi geografi
Para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam IGI sepakat, bahwa objek studi geografi di dua.
a. Objek material geografi adalah fenomena geosfer terdiri atas litosfer, atmosfer, hidrosfer, bisfer, dan antroposfer.
Misalnya pola permukiman desa-kota, DAS, bentangan alam, cuaca dan iklim.
b. Objek formal geografi adalah cara memandang dan berpikir terhadap objek material geografi dari sudut pandang
keruangan dalam kontek kewilyahan dan kelingkungan. Objek formal meliputi hal-hal sbb: – pola dari sebaran gejala
tertentu di muka bumi (spatial pattern) – keterkaitan sesame antar gejala (spatial system) – perkembangan yang terjadi
pada gejala tersebut (spatial processes)
4. Hakikat Geograf.
Studi geografi pada hakikatnya merupakan pengkajian keruangan tentang fenomena dan masalah kehidupan manusia.
Studi itu disusun berdasarkan hasil observasi berbagai fenomena di lapangan. Hasil observasi di lapangan akan
membentuk pola abstrak dari fenomena yang diamati. Pola abstrak itulah yang disebut konsep geografi. Oleh karena itu,
tanpa kerja lapangan tidak akan menghasilkan konsep tentang hakikat fenomena dan masalah kehidupan yang
sebenarnya.
Guna menghasilkan konsep fenomena geografi diperlukan analisis fenomena manusia, fenomena alam, serta
persebaran dan interaksinya dalam ruang. Adapun untuk menunjukkan dan menjelaskan fenomena tersebut
dipermukaan bumi diawali dengan mengajukan enam pertanyaan pokok. Yaitu what, where, why, who, dan how
( 5W 1H). Misalnya untuk menjelaskan fenomena kelaparan maka pertanyaan yang diajukkan adalah apa yang terjadi, di
mana fenomena itu terjadi, kapan fenomena itu terjadi, mengapa fenomena itu terjadi, siapa saja yang sedang
mengalami, dan bagaimana usaha untuk mengatasinya.
5. Konsep geografi.
Dalam geografi terdapat sepuluh konsep dasar yang esensial, yaitu
a. Konsep lokasi, yaitu letak di permukaan bumi.
Monas terletak di Jakarta
b. Konsep jarak, yaitu jarak antara satu tempat dengan tempat yang lain. Harga tanah di desa
murah karena jauh dari pusat keramaian kota.
c. Konsep keterjangkauan, yaitu hubungan suatu tempat dengan tempat
lainnya (jalan, komunikasi, dll). Masyarakat Badui terbelakang karena terisolir dengan masyarakat lain.
d. Konsep pola,
yaitu adanya pola persebaran suatu fenomena, seperti permukiman memanjang, memusat atau tersebar. Pemukiman
penduduk nelayan memanjang mengikuti garis pantai.
e. Konsep morfologi, yaitu bentuk permukaan bumi sebagai hasil
tenaga eksogen dan endogen ( misalnya pulau, peguungan, daratan, lereng dan lembah. Setiap permukaan bumi
mempunyai manfaat yang berbeda-beda bagi manusia. Misalnya di daerah pegunungan cocok untuk pertanian sayur-sayuran dan perkebunan.
f. Konsep aglomerasi, pemusatan penimbunan suatu kawasan. (industri, pertanian,
permukian). Masyarakat umumnya mengelompok dengan warga yang mempunyai tingkat kehidupan sejenis. Oleh
karena itu muncul istilah daerah elit, kumuh (slum).
g. Konsep nilai kegunaan, berkaitan dengan manfaat dari fenomena
yang ada di permukaan bumi yang bersifat relative. Misalnya daerah wisata mempunyai nilai kegunaan yang berlainan
bagi setiap orang, ada orang yang datang ke daerah wisata hanya sekali bahkan ada yang berulang kali. h. Konsep
interaksi dan interdependency, yaitu peristiwa saling mempengaruhi antar berbagai fenomena geosfer. Misalnya
interaksi antara desa dan kota. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam memanfaatkan potensi sumber daya antara di
desa dan di kota. i. Konsep diferensiasi area, berkaitan dengan perbedaan corak antarwilayah di permukaan bumi,
dengan ciri khusus yang dapat dibedakan dengan wilayah lain atau dikenal dengan istilah region. ( Asia Tenggara, Asia
Selatan Amerika Selatan) j. Konsep keterkaitan keruangan, yaitu hubungan persebaran suatu fenomena dengan
fenomena lain di suatu tempat. Misalnya pegunungan mempunyai suhu lebih rendah daripada di daerah dataran rendah.
Oleh karena itu sayuran, the dan pinus dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan.
6. Prinsip-prinsip Geografi.
Prinsip geografi menjadi dasar pada uraian pengkajian (studi) dan pengungkapan gejala, variasi, factor-faktor maupun masalah geografi. Secara teoritis prinsip geografi terdiri dari:
a. Prinsip penyebaran, yaitu gejala dan fakta geografi, baik menyangkut keadaan alam maupun kemanusiaan yang tersebar luas di permukaan bumi. Penyebaran tersebut
tidak merata antara wilayah satu dengan wilayah hubungan (relasi) gejala/factor yang satu dengan yang lain. lainnya.
dengan melihat dan menggambarkan gejala dan fakta pada peta, kita dapat mengungkapkan
b. Prinsip interelasi, yaitu interelasi dalam ruang yang menyatakan bahwa terdapat saling berhubungan antara gejala satu denga gejala lainnya atau antara factor yang satu dengan factor lainnya dalam suatu ruang tertentu.
c. Prinsip deskriptif, yaitu prinsip untk memberikan penjelasan atau gambaran lebih jauh tentang gejala atau masalah yang dipelajari atau sedang diselidiki. Deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab interaksi dan interkasi antara factor yang satu dan lainnya. Dalam kerangka kerja geografi prinsip ini tidak dapat ditinggalkan. d. Prinsip korologis atau
prinsip keruangan, bahwa dalam prinsip ini gejala-gejala, fakta-fakta, dan masalah-masalah geografi ditinjau dari
penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam hubungannya terdapat pada ruang tertentu. Yang dimaksud dengan ruang ini adalah permukaa bumi, baik secara keseluruan maupun sebagian.
7. Pendekatan Geografi.
Geografi sebagai ilmu kebumian selalu mengkaji hubungan timbale balik antara fenomena dan permasalahannya
dengan pendekatan keruangan, ekologi, dan regional komplek.
a. Pendekatan keruangan (spatial approach)
Pendekatan keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui penggambaran, letak distribusi, relasi, dan interelasinya. Sebagai contoh adalah teori difusi yang menelaah adanya penjalaran atau pemekaran fenomena dalam ruang (space) dan dimensi waktu (time).
a. Pendekatan kelingkungan (ecological approach)
Pendekatan ini berdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya. Dalam suatu ekosistem jika ada satu elemen berkembang diatas batas maksimal, maka elemen yang lain akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas.
b. Pendekatan kompleks wilayah
Pendekatan kompleks wilayah merupakan gabungan antara pendekatan keruangan dan ekologi. Disebut kompleks wilayah tertentu (areal differentiation). Karena suatu anggapan bahwa interaksi antarwilayah akan berkembang bila terdapat permintaan dan penawaran antarwilayah tersebut. Dalam hubungan kompleks wilayah ini, ramalan wilayah (region forecasting) dan perencangan wilayah (regional planning) merupakan aspek-aspek yang menelaah fenomena
tertentu pada suatu region/wilayah secara fisik atau sosial.
Region adalah suatu bagian permukaan bumi yang memiliki karakteristik (cirri khas yang sama), sehingga dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya.
8. Aspek Geografi
Aspek geografi terdiri dari asek fisik dan aspek sosial.
Aspek fisik mengkaji semua fenomena yang terdapat dan terjadi di geosfer meliputi litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer.
Aspek sosial mengkaji manusia dan kehidupannya di muka bumi. Di dalam hal ini geografi mempelajari persebaran dan keaneka ragaman budaya.
Contoh aspek fisik berupa litosfer mengenai dataran tinggi dan aspek sosial geografi dalam kehidupan sehari-hari.
Kondisi fisik di daerah dataan tinggi suhu uadar dingin, tanah subur berada di jalur pegunungan sehingga penduduk
memanfaatkan daerah dataran tinggi untuk usaha perkebunan sebagai mata pencaharian kehidupan sehari-hari.
Prinsip Geografi
Dalam menganalisis fenomena geosfer, pada ilmu geografi menggunakan prinsip-prinsip geografi. Adapun prinsip geografi diantaranya :
1. Prinsip Sebaran atau Penyebaran artinya : adanya sebaran fenomena, gejala, fakta, peristiwa dipermukaan bumi. Sebaran fenomena atau gejala ada yang teratur ada yang tidak teratur. Yang teratur : ada yang mengelompok, menyebar, memusat, memanjang bergantung kepada keadaan fenomena. Pengertian fenomena atau gejala diartikan sebagai : semua data, fakta, peristiwa yang ada dipermukaan bumi. Secara umum terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
a. Fenomena alam (realm of nature) terdiri dari : kekuatan, proses, biotis, topologis, fisis dan lain-lain
b. Fenomena sosial (human realm) terdiri dari : a. lingkungan sosial : terdiri dari : kebiasaan, hukum, tradisi, dll. b. Bentang alam budidaya terdiri dari : pemukiman, persawahan, hutan buatan dll. c. masyarakat
Syarat untuk menganalisis dengan prinsip penyebaran berarti harus ada fenomena yang dikaji dan adanya pola sebaran fenomena tersebut.
2. Prinsip dekripsi : diartikan penjelasan lebih lanjut tentang fenomena tersebut secara detail disertai dengan gambar, tabel, diagram, peta dsb.
Ketika kita menggunakan prinsip deskripsi dalam analisis fenomena geosfer berarti kita uraikan secara detail tentang gejala atau fenomena yang dikaji, disertai dengan penjelasan yang rinci disertai tabel, gambar, grafik dsb.
Contoh : fenomena penduduk di Kelurahan X : Penduduk adalah kelompok masyarakat yang menempati suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama terikat satu kesatuan hukum. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan wanita. Berdasarkan jumlah usia produktif dan tidak produktif xxxx juta jiwa (buat tabel) dst….dst.
3, Prinsip Interelasi : diartikan adanya hubungan antara fenomena yang satu dengan fenomena yuang lain pada suatu ruang. Bahwa fenomena atau gejala di muka bumi tidak mungkin berdiri sendiri pasti ada keterkaitan dengan fenomena lain. Tanaman padi tumbuh bagus di dataran rendah. Ada keterkaitan yang sangat tinggi antara fenomena tanaman padi dengan fenomena dataran rendah… dst

4. Prinsip Korologi : Fenomena dilihat dari sebaran dan interelasi berada pada ruang tertentu. Artinya Prinsip ini boleh dikatakan menjadi gabungan diantara prinsip-prinsip geografi yang ada. Ketika kita mengunakan prinsip ini dalam menganalisis fenomena geosfer berarti menguraikannya dengan penggabungan prinsip yang ada. misalnya kita bicara tentang pasar pada suatu wilayah, maka pasar itu akan bergantung kepada fenomena pembeli, penjual, barang, transportasi, transaksi pada ruang tertentu pula.

Read more

Keterampilan pemetaan


PENGERTIAN PETA
Di jaman yang semakin maju ini  peta menjadi alat bantu yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan diberbagai bidang, seperti bidang pertanahan, pertanian, perkebunan, industri dan perdagangan, pelayaran, penerbangan, pendidikan, tata ruang wilayah, politik dan keamanan, dan lain-lain. Terlebih untuk peta-peta tematik yang sifatnya lebih khusus dan spesifik, sudah menjadi kebutuhan hampir setiap lembaga, lebih-lebih yang bergerak di bidang perencanaan dan pembangunan suatu wilayah dalam skala lokal, regional, nasional dan internasional.
Pada hakekatnya peta adalah sebuah alat peraga (Sandy, 1986), karena melalui peta seseorang akan dapat menyampaikan sesuatu ide kepada orang lain. Ide tersebut dapat berupa gambaran tentang bentuk-bentuk muka bumi, distribusi penduduk, penggunaan lahan di suatu tempat, kesuburan tanah, kedalaman air laut, penyebaran iklim, dan lain-lain yang terutama berkaitan dengan aspek keruangan (spasial).
Peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil dengan menggunakan skala dan digambar di atas bidang datar sebagai kenampakan jika dilihat dari atas dan ditambah dengan tulisan sebagai identitas.
Untuk mempelajari seluk beluk penggambaran permukaan bumi atau peta diperlukan pengetahuan khusus yang mempelajari tentang peta yang dinamakan Kartografi
KLASIFIKASI PETA
1. Berdasarkan skala
  •  Peta kadaster,  berskla 1 : 100 –  1 : 5.000
  • Peta skala besar,  berskala  1 : >5.000 -  1 :  250.000
  • Peta skala sedang, berskala 1 : >250.000 -  1 : 500.00
  • Peta skala kecil, beskala  1 : > 500.000 -  1 : 1.000.000
  • Peta geografi, berskla  1 : > 1.000.000
2. Berdasarkan Isinya
  • Peta umum : peta yang menggambarkan segala sesuatu yang ada dalam suatu daerah yang dipetakan. Contoh : peta topografi, peta chorografi, peta dunia
  • Peta khusus/ tematik : peta yang hanya menggambarkan kenampakan tertentu saja atau menggambarkan satu aspek saja. Contoh peta kepadatan penduduk, peta geologi, peta navigasi, peta pariwisata, peta kontur dll 
3.  Berdasarkan bentuk
  • Peta foto : yang dihasilkan dari mosaik foto udara/ortofoto yang dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda.
  • Peta garis : peta yang menyajikan detail alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan. Misal: peta rupa bumi (topografi), peta tematik.
KOMPONEN-KOMPONEN PETA
 a.      Judul Peta
Judul peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya dicantumkan di bagian atas  peta dengan huruf besar. Fungsi judul adalah menunjukkan daerah yang digambarkan oleh peta tersebut.
b.      Orientasi Peta/ Penunjuk Arah
Merupakan gambar penunjuk arah mata angin, pada umumnya peta berorientasi Utara, diletakkan di sudut kanan atas atau tempat lain yang kosong  
c.       Skala
Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dengan jarak yang sebenarnya di permukaan bumi. Secara umum skala dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1)      Skala angka/numerik
Skala yang berupa angka-angka. Misalnya skala peta  1: 200.000, skala peta 1 : 1.000.000 dan sebagainya
2)      Skala Garis/Grafik
Skala yang ditunjukkan dengan membuat garis linier dengan membuat perbandingan pada setiap ruasnya.
Contoh
0                1                   2                   3
3) Skala kalimat/verbal
Skala Yang menggunakan kalimat baku sebagai pentunjuk skala. Jenis skala ini banyak dipakai di Eropa yang biasanya menggunakan satuan inchi dan mil.
Contoh : One Inch to two miles
  1. d.      Legenda/keterangan
Legenda adalah keterangan yang penting yang memberikan keterangan dan penjelasan tentang simbol-simbol yang terdapat pada peta.
  1. e.       Garis koordinat astronomi
Garis ini diperlukan untuk mengetahui letak astronomi suatu tempat. Biasanya terdiri dari garis bujur dan garis lintang yang dituliskan di tepi peta dengan menujukkan berapa derajat, berapa menit dan berpa detik.
  1. f.       Lattering/tata tulis
Adalah tata tulis tulisan dan angka. Secara umum penulisan suatu obyek pada obyek daratan ditulis dengan huruf tegak, sedangkan simbol obyek perairan ditulis dengan huruf miring.
  1. g.      Sumber dan Tahun pembuatan
Sumber peta sangat penting, terutama untuk peta thematik. Sedangkan tahun pembuatan sangat penting mengingat ada tidaknya obyek pada waktu pembuatan sekarang ataua kemudian ahri akan berubah baik medan yang alami maupun medan buatan
  1. h.      Inset
Inset adalah peta kecil yang berfungsi memberikan tekanan atau penjelasan pada peta utama. Sehingga akan memperjelas dan mempertajam informasi peta utama.
  1. i.        Garis tepi
Berfungsi mempermudah dalam membuat peta. Biasanya dibuat rangkap dua
  1. j.        Tata warna
Tata warna sangat penting jika peta yang dibuat adalah peta berwarna. Fungsi warna  adalah sebagai berikut :
1)      membedakan tinggi rendahnya suatu daerah dan kedalaman laut
2)      memberikan kualitas dan kuantitas peta
3)      keindahan ( estetika)
  1. k.      simbol
Simbol adalah tanda atau lambang yang mewakili obyek di permukaan bumi yang terdapa pada peta. Mengingat pentingnya materi ini, maka simbol disajikan pada bagian tersendiri sebagai berikut.
Peta dianggap baik dan benar (Sandy ,1986:1-2) setidaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:ü  peta tidak boleh ‘membingungkan’ü  mudah dipahami atau dimengerti, sehingga tidak boleh serumit kenampakan aslinyaü  menggambarkan cukup teliti sesuai temanyaü  indah dipandangAgar peta tidak membingungkan bagi para pengguna, maka peta harus dilengkapi dengan: legenda/keterangan, skala peta, judul peta, inset peta.Agar peta mudah dimengerti/ditanggkap maknanya  oleh pengguna peta, maka peta harus menggunakan: tata warna, simbol, proyeksi peta.  Sedangkan dalam aspek ketelitian peta sangat terkait dengan tujuan peta dan jenis peta serta skala peta yang akan dibuat.



Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta
Fungsi:
  • Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain di permukaan bumi).
  • Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi).
  • Memperlihatkan bentuk (benua, negara, provinsi, gunung, lembah, dll).
  • Mengumpulkan dan menyeleksi data-data dari suatu daerah dan menyajikan di atas peta, melalui media simbol.
Tujuan pembuatan peta
  • Untuk komunikasi informasi ruang
  • Untuk menyimpan informasi
  • Untuk membantu pekerjaan: konstruksi jalan, navigasi, perencanaan, media pembelajaran.
  • Untuk membantu dalam suatu desain, misal: desain tata ruang wilayah, jalan, dll.
  • Untuk analisis data spatial, misal: perhitungan volume, evaluasi lahan, dll.
 a.      Judul Peta
Judul peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya dicantumkan di bagian atas  peta dengan huruf besar. Fungsi judul adalah menunjukkan daerah yang digambarkan oleh peta tersebut.
  1. b.      Orientasi/arah
Biasanya merupakan gambar arah mata angin  dengan arah utara sebagai pedoman sehingga tidak mengganggu informasi yang ada di dalam peta.
  1. c.       Skala
Skala adalah perbandingan antara jarak yang terdapat pada peta dengan jarak yang sebenarnya di permukaan bumi. Secara umum skala dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1)      Skala angka/numerik
Skala yang berupa angka-angka. Misalnya skala peta  1: 200.000, skala peta 1 : 1.000.000 dan sebagainya
2)      Skala Garis/Grafik
Skala yang ditunjukkan dengan membuat garis linier dengan membuat perbendingan pada setiap ruasnya.
Contoh
0                1                   2                   3
3) Skala kalimat/verbal
Skala Yang menggunakan kalimat baku sebagai pentunjuk skala. Jenis skala ini banyak dipakai di Eropa yang biasanya menggunakan satuan inchi dan mil.
Contoh : One Inch to two miles
  1. d.      Legenda/keterangan
Legenda adalah keterangan yang penting yang memberikan keterangan dan penjelasan tentang simbol-simbol yang terdapat pada peta.
  1. e.       Garis koordinat astronomi
Garis ini diperlukan untuk mengetahui letak astronomi suatu tempat. Biasanya terdiri dari garis bujur dan garis lintang yang dituliskan di tepi peta dengan menujukkan berapa derajat, berapa menit dan berpa detik.
  1. f.       Lattering/tata tulis
Adalah tata tulis tulisan dan angka. Secara umum penulisan suatu obyek pada obyek daratan ditulis dengan huruf tegak, sedangkan simbol obyek perairan ditulis dengan huruf miring.
  1. g.      Sumber dan Tahun pembuatan
Sumber peta sangat penting, terutama untuk peta thematik. Sedangkan tahun pembuatan sangat penting mengingat ada tidaknya obyek pada waktu pembuatan sekarang ataua kemudian ahri akan berubah baik medan yang alami maupun medan buatan
  1. h.      Inset
Inset adalah peta kecil yang berfungsi memberikan tekanan atau penjelasan pada peta utama. Sehingga akan memperjelas dan mempertajam informasi peta utama.
  1. i.        Garis tepi
Berfungsi mempermudah dalam membuat peta. Biasanya dibuat rangkap dua
  1. j.        Tata warna
Tata warna sangat penting jika peta yang dibuat adalah peta berwarna. Fungsi warna  adalah sebagai berikut :
1)      membedakan tinggi rendahnya suatu daerah dan kedalaman laut
2)      memberikan kualitas dan kuantitas peta
3)      keindahan ( estetika)
  1. k.      simbol
Simbol adalah tanda atau lambang yang mewakili obyek di permukaan bumi yang terdapa pada peta. Mengingat pentingnya materi ini, maka simbol disajikan pada bagian tersendiri sebagai berikut.
  1. 1.         Komponen Peta
Apabila anda cermati atau perhatikan pada setiap peta-peta, di dalamnya kita jumpai berbagai komponen yang menjadi bagian atau kelengkapan peta, seperti: judul peta, skala peta, simbol, keterangan/legenda, koordinat geografis, orientasi/arah, inset peta, dan lain-lain. Komponen peta tersebut merupakan bagian penting dan salah satu persyaratan dari sebuah peta yang baik. dan benar.
Ada beberapa perbedaan antara komponen peta umum (Rupabumi/topografi) dan  peta khusus atau peta tematik.  Pada peta umum komponen peta lebih kompleks dan standar atau baku. Sebagai contoh Peta Rupabumi telah memiliki standar baku (berdasarkan konvensi), dimana baik jenis informasi tepi, komposisi, desain tata letak, tata warna maupun  simbol-simbol yang digunakan relative sama/seragam.
Namun untuk peta khusus atau peta tematik komponen petanya lebih sederhana dan cukup bervariasi antara satu peta dengan peta yang lain.  Tidak ada ketentuan baku yang mengharuskan sebuah peta tematik satu dengan peta yang lain harus sama komponennya misalnya dalam hal tata letak atau posisi informasi tepi, tata warna dan lain-lain.
Gambar 1. Contoh Peta RBI dan komponen informasi tepi



Komponen-komponen peta tematik



Gambar 3. Komponen informasi tepi peta tematik
LANGKAH-LANGKAH PEMETAAN
Pemetaan adalah kegiatan pemrosesan data survai sampai menyajikannya menjadi geo-informasi. Artinya bahwa pemetaan dapat dibuat di laboratorium/ studio atau di lapangan.
Bagaimana caranya?
  1. Secara fotogrametri akan menghasilkan peta dasar.
  2. Secara inderaja akan menghasilkan peta tematik.
Lalu, apa itu survai?
Survai adalah kegiatan pengumpulan data.
Bagaimana caranya?
Dapat dilaksanakan melalui:
  1. Pengukuran (measurement) atau pengamatan (observation).
  2. Penginderaan (sensing) dari udara (airbone) atau antariksa (spaceborne)

Perbedaan fakta dan data:







Perempuan (memiliki ciri laki-laki):
- rambut pendek
- langkah tegap
- suara lantang















Laki-laki (memiliki ciri perempuan):
- rambut panjang
- jalan gemulai
- pakai anting









Jadi, fakta itu benar, sedangkan data bisa benar atau salah.

  1. 1.          Pembuatan Peta Dasar Untuk Peta
Apabila kita ingin membuat peta tematik, maka sebelumnya kita perlu menyiapkan peta dasar.  Peta dasar merupakan peta  kerangka letak/lokasi yang nanti akan dilengkapi atau diisi dengan data-data sesuai dengan
(surve terristris)
isi/tema peta yang akan digambar. Untuk memperoleh peta dasar tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara,  yaitu:
ü  peta dasar dari pengukuran sendiri
di lapangan/lokasi  yang akan dipetakan ﻟ?
Gambar 4. Seorang sedang melakukan pengukuran dengan alat ukur (GPS)
( survey terristris).








ü  peta dasar dari kerangka peta yang telah tersedia/tergambar dipeta rupabumi (RBI), Atlas, Peta dinding, atau Globe.
ü  Gambar 5. Seseorang sedang ngeblad peta

Dalam era kemajuan teknologi informasi (TI) proses pembuatan peta telah terbantu, sehingga untuk melakukan pemetaan suatu wilayah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Pemanfaatan peta dasar yang dahulu banyak bersumber dari peta rupabumi, sekarang sudah banyak yang beralih menggunakan citra penginderaan jauh.
Citra penginderaan jauh yang banyak digunakan sebagai sumber peta dasar adalah; citra foto udara, citra satelit Landsat, citra satelit Spot, citra satelit Ikonos, dan citra satelit Quickbird. Dengan menggunakan citra penginderaan jauh, gambaran muka bumi yang akan dipetakan akan dapat memberikan data dan informasi yang terkini. Kenampakan-kenampakan obyek fisik, sosial dan budaya beserta batas-batas administratif maupun  batas geografis  akan tampak. Dengan demikian kerangka letak  (sebagai peta dasar) mudah dilacak atau ditelusuri lewat citra tersebut (lihat  gambar  12. citra penginderaan jauh).
Gambar 6. Contoh Peta Dasar








Untuk membuat peta dasar dapat dilakukan dengan membuat pemba-tas garis (deliniasi) terhadap obyek yang akan kita gambar. Jika sumber citra penginderaan jauh dapat langsung kita gambar;  Jika dari sumber peta rupabumi dan skalanya.


berbeda  bisa melalui bantuan pantograf    Jika mempunyai sarana komputer  yang dilengkapi software (perangkat lunak) program berbasis peta, maka langsung dapat dilakukan dijitasi pada obyek di layar monitor (digitasi on screen)  atau dengan  meja digitizer.
.
  1. 2.     Penetuan Arah / orientasi peta
Perlu kita ketahui bahwa orientasi atau penunjukkan arah pada peta, tidak selamanya peta berorientasi utara (utara di sebelah atas). Kadang ada pula peta berorientasi selatan, barat, atau timur, sesuai dengan kepentingannya.  Selain itu pula perlu diperhatikan bahwa utara yang dipakai dalam peta ada tiga arah utara yaitu:  utara geografis, utara magnitis, dan utara meridian. Utara geografis (true north/TN/US) adalah utara yang melalui kutub utara dan kutub selatan bumi. Utara magnitis (magnetic north/MN/UM) adalah utara yang melalui kutub magnit bumi. Sedangkan Utara Meridian (Grid North/Meridian North/GN/UTM) adalah utara yang sejajar dengan meridian sentral dan tegak lurus standar paralel setempat.
Dalam implementasinya di dalam pembuatan peta kita dapat menggunakan ketiga-tiganya (Peta RBI), tetapi juga dapat diambil salah satu dari padanya. Sebab jika suatu tempat satu sudah diketahui arahnya, maka arah yang lain dapat diketahui pula.
Contoh arah dalam Peta RBI Tegal Lembar 1309-314
US = Utara Sebenarnya (Geografi)
UG= Utara grid (UTM)
UM= Utara magnetik
UM      US      UG
150
130



  1. 3.      Merancang Simbol Peta Tematik
Gambar7. Merancang Simbol
Setelah kerangka letak/lokasi tersedia, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perancangan simbol-simbol yang akan digunakan untuk penggambaran peta tematik.  Perlu diketahui bahwa peta adalah suatu media komunikasi grafis, dengan demikian informasi yang ditampilkan dalam peta berupa simbol-simbol.  Bahkan untuk peta tematik, simbol merupakan informasi pokok, karena untuk menunjukkan tema suatu peta.  Hal-hal yang penting dalam merancang simbol peta tematik, antara lain: menentukan jenis simbol, besaran/ukuran simbol, warna simbol, jumlah simbol dan posisi simbol akan diletakkan.
SIMBOL YANG BAIK:
kecil
terang/jelas
mudah digambar



DATA PETA TEMATIK:
data primer : surve lang-sung lapangan;
data sekunder: dari kan-tor statistik, buku-buku laporan.
Simbol yang baik adalah yang mudah dikenal  sekalipun tanpa menggunakan suatu keterangan/legenda. Selain itu simbol hendaknya  kecil, terang, dan mudah digambar. Dalam pemetaan tematik  penggambaran simbolnya tidaklah seketat pada simbol peta-peta umum atau peta Rupabumi (RBI).
Simbol peta tematik lebih sederhana dan dibolehkan untuk merancang simbol sendiri sepanjang simbol tersebut memiliki relevansi dengan unsur atau obyek yang digambarkan.  Sedangkan symbol untuk peta umum (RBI atau Topografi) sudah ada pembakuan secara khusus (seragam berdasarkan konvensi asosiasi kartografi Internasional).
Telah kita ketahui bersama bahwa peta merupakan citra geospasial yang dapat mempengaruhi konsepsi orang tentang ruang  Pengaruh peta ini sebagian karena adanya kesepakatan konvensi dan sebagian lain karena adanya karakteristik umum grafik yang digunakan. Konvensi memegang peranan penting terutama dalam pemetaan topografis. Sebagian besar symbol yang digunakan dalam peta RBI atau topografi telah diwariskan kepada kita semenjak abad 18. Di antara konvensi tersebut adalah bahwa perairan digambarkan dengan warna biru, hutan dengan hijau tua, daerah permukiman dan perkotaan disimbolkan dengan warna merah, abu-abu, atau warna merah jambu.
Data yang harus divisualisasikan akan selalu mengacu kepada obyek atau fenomena nyata. Ia dapat dalam bentuk ketinggian yang diukur sepanjang jaringan lalu lintas, jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut, atau volume sebuah bukit dalam ribuan meter kubik.
Dalam kartografi  kita menggunakan simbol titik (dot), symbol garis (dash) dan simbol bidang (patches) untuk mempresentasikan lokasi dan atribut-atribut data titik, garis, wilayah dan volume obyek.                                          
                    
Contoh simbol Peta Umum (Rupabumi)



Contoh simbol Peta Tematik
















Simbol titik kualitatif dan kuantitatif


Simbol garis kualitatif dan kuantitatip





Simbol area kualitatif dan kuantitatip
Persoalan penting lagi yang perlu diperhatikan ketika akan merancang simbol peta tematik   adalah melakukan analisis data-data sekunder atau data primer yang akan dituangkan ke dalam peta. data sekunder biasanya berupa data-data statistik yang telah tersedia di buku-buku laporan BPS. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung di lapangan oleh si pembuat peta.  Pada saat melakukan analisis data tersebut  harus dikaitkan secara langsung dengan unsur, besaran  dan sifat data yang akan dipetakan. Apakah unsur data  berupa unsur buatan manusia (man made features), unsur perairan (hydrography), unsur relief (hypsography), atau unsur tumbuh-tumbuhan (vegetation). Sedangkan besaran data sangat tergantung data sekunder atau data statistik yang tersedia; ditinjau dari sifatnya, data dapat berupa data kuantitatif maupun data kualitatif .


Latihan 1

Nama Tugas       :  Menggambar peta
Alat/bahan           :  Kompas Azimut, pita ukur, kertas manila, pensil,
                                   penggaris, busur derajat, karet penghapus.
Intruksi                :  Buat gambar kerangka peta (peta dasar) dengan cara   pengu-kuran  lapangan; lokasi kegiatan di sekitar halaman sekolah; waktu 35 menit.
Bentuk Tugas    :  Kelompok (per kelompok terdiri 3 orang siswa).
Tagihan                                :  Paparan di depan kelas

  1. 4.    
    Gambar 8. Tata letak Model A
    Tata letak /layout Peta Tematik
Merancang tata letak peta merupakan tahapan kerja yang penting diperhatikan bagi setiap orang yang akan menggambar peta. Hal itu dimaksudkan agar peta benar-benar komunikatif, mudah dibaca dan ditafsirkan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna peta.
Adapun unsur-unsur peta yang perlu ditata posisinya adalah: judul peta, skala peta, keterangan/legenda,  koodinat lintang dan bujur, inset peta, sumber data, dan informasi-   informasi lain.  Unsur-unsur tersebut sedapat mungkin ditempatkan pada komposisi yang seimbang (balance) dalam tata letak informasi tepi. Selain itu ukuran huruf (text), tipe huruf (style) perlu dipertimbangkan besar-kecilnya.
Pada umumnya peta tematik meng-gambarkan daerah yang berbentuk pulau, propinsi, kabupaten, kecama-tan, desa, suatu negara atau dapat pula kawasan hutan, daerah aliran sungai, dan lain-lain. Daerah atau wilayah tersebut memiliki variasi bentuk  kerangka letak yang berma-cam-macam.  Oleh karena itu penyu sunan tataletak informasi tepi peta harus menyesesuaikan, dengan tetap berpedoman pada prinsip keseim-bangan.

Gambar 8, dan 9 adalah contoh tata letak dalam peta tematik.








  1. Judul peta
  2. Skala
  3. Petunjuk arah
  4. Legenda/keterangan
  5. Sumber peta
  6. Pembuat peta
  7. Koordinat geografis
  8. Inset peta

7

5
5
6


Latihan 2

Buatlah gambar bentuk wilayah suatu tempat secara sembarang, kemudian susunlah tata letak peta sebagaimana prinsip-prinsip yang telah dijelaskan di muka. Pekerjaan cukup dengan menggunakan kertas dalam buku skrip/catatan masing-masing. Waktu yang disediakan 15 menit, dikerjakan secara individual
  1. 5.     Pencetakan Peta
            Setelah pekerjaan ploting simbol dan penyusunan komposisi informasi peta dilakukan, dan sudah dianggap cukup, maka dilakukan pencetakan peta.  Teknologi pencetakan peta ternyata sekarang mengalami kemajuan yang luar biasa. Dahulu bila ingin mencetak atau menggandakan peta, maka diperlukan proses yang relatif panjang, karena harus melewati proses pembuatan film terlebih dahulu. Sekarang cetak peta dapat dilakukan tanpa film. Berkat kemajuan teknologi dijital  gambar peta dapat langsung dicetak dengan biaya yang relatif lebih efisien dan kualitas hasil peta yang lebih bagus.
   Gambar 07.  Alat Pencetak Peta Teknologi Dijital
Gambar 10. Plotter
Pada awal sebelum adanya kemajuan teknologi kom-puter, penggambaran dan pencetakan peta dilakukan secara manual (digambar tangan manusia). Hal itu tentu memerlukan waktu yang relatif lebih lama dan hasilnyapun kurang sempurna. Jumlah dan jenis peta tematik dipasaran belum banyak bila dibanding deng-an peta-peta umum. Peta tematik biasanya dibuat ber-dasarkan atas kepentingan yang lebih khusus, antara pengguna satu dengan yang lain belum tentu sama.

Gambar  11.  Proses Tahapan Langkah Pemetaan Tematik









                                                               











                                                                               
                                                                     ANALISIS DATA
                    (sekunder & primer)           

               
                 
DESAIN TATA-LETAK DAN
                   PLOTTING SIMBOL




PETA TEMATIK

 




SKALA PETA
Secara sederhana skala peta merupakan perbandingan jarak horizontal kedua titik sembarang di peta dengan jarak horizontal kedua titik itu dipermukaan bumi (dengan satuan ukuran yang sama). Namun ada sesuatu pemahaman terhadap skala yang lebih dari sekedar perbandingan jarak, yakni bahwa skala peta juga dapat memberikan makna pada tingkat kedetilan peta. Dalam arti, bahwa semakin besar skala peta, maka tingkat ketetilan peta akan semakin tinggi, sebaliknya semakin kecil skala peta, maka tingkat kedetilannya juga semakin rendah.
Batasan antara peta berskala besar, menengah dan kecil tidak dijelaskan secara baku. Hal itu mengingat bahwa pemahaman seseorang terhadap besaran skala peta sangat bergantung pada peran dan fungsi peta yang bersangkutan dalam konteks kepentingan apa. Sebagai contoh, seorang ahli perencanaan tata ruang kota, peta skala 1 : 100.000 dianggap skala kecil, tetapi sebaliknya bagi seseorang ahli ekonomi regional peta skala tersebut sudah dianggap sangat besar.
Namun, untuk kebutuhan praktis dapat dipakai pengelompokan produk peta rupabumi BAKOSURTANAL, sebagai berikut.
Tabel 01. Macam Skala Peta Rupabumi
SKALA PETA
Jarak 1 cm di peta mewakili jarak horizontal di lapangan
1 : 10.000100 meter
1 : 25.000250 meter = ¼ km
1 : 50.000500 meter = ½ km
1 : 100.0001000 meter = 1 km
1 : 250.0002.500 meter = 2,5 km
1 : 500.0005.000 meter = 5 km
1 : 1.000.00010.000 meter = 10 km
Skala peta/citra merupakan perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya yang dinyatakan dengan angka atau garis atau gabungan keduanya. Makin kecil skala suatu peta, maka semakin banyak generalisasi yang perlu dilakukan terhadap peta tersebut dan peta/citra skala besar sudah tidak terpakai lagi.  Hubungan antara skala peta/citra dan tingkat kerincian informasi yang diperoleh adalah bahwa semakin besar skalanya maka semakin rinci informasi yang bisa diperoleh. Skala peta akan mengendalikan tingkat kerincian ketersediaan informasi dasar. Sebagai contoh, peta geologi dapat dibagi menjadi empat jenis (modifikasi dari Barnes, 1981 dan Peters, 1986), yaitu:
  1. Peta tinjau (reconnaissance): dibuat untuk mengetahui sebanyak mungkin geologi sesuatu daerah yang belum dikenali dengan waktu cepat. Peta tersebut biasanya dibuat berskala 1:25.000–1:50.000 kadang lebih kecil lagi.
  2. Peta geologi detil: peta geologi berskala besar, umumnya disusun atau mengacu berdasarkan data peta tinjau atau peta geologi regional dan menggunakan satuan tak resmi, yaitu satuan batuan. Skala-skala peta ini berkisar antara 1:10.000 hingga 1:5.000. Peta-peta ini biasanya dibuat untuk menyelidiki sesuatu masalah geologi yang khusus atau tujuan keekonomian seperti penyelidikan bahan galian.
  3. Peta khusus: berskala besar yang dibuat secara terperinci pada daerah terbatas untuk merekam sifat-sifat khusus geologi. Umumnya peta khusus dibuat untuk tujuan ekonomi, seperti peta daerah peta sebaran lapisan batubara atau bahan galian, peta geologi bawah permukaan, peta geofisika dan geokimia rinci. Umumnya berskala 1:500 hingga 1:2.000.
  4. Peta geologi regional: secara resmi dikeluarkan oleh P3G berskala 1:100.000 dan menggunakan satuan resmi, yaitu formasi. Umumnya peta geologi regional dibuat dibantu oleh fotogeologi secara bersistem, kadang disertai data hasil geokimia, geofisika dan pemboran.
Senarai:
  • Fakta adalah keadaan atau kejadian yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar terjadi atau apa adanya dari suatu obyek dan bersifat bebas nilai.
    • Data adalah fakta yang direkam dengan metode tertentu (agar objektivitas terjamin).
    • Informasi adalah data yang telah diolah untuk suatu kepentingan. Oleh karena itu informasi adalah kekuasaan, artinya barang siapa yang menguasai informasi, maka padanya terletak kekuasaan dan keleluasaan memilih alternatif tindakan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Beberapa Cara Menyatakan Skala Peta
Secara umum skala peta dapat dinyatakan dalam dua cara, yaitu:
  1. Cara numerik atau angka, misalnya: 1 : 5000; 1 : 10.000; 1 : 1000.000; dan lain-lain.
  2. Cara grafis, seperti gambar di bawah ini
0          1         2         3         4         5 Km
!_____!_____!_____!_____!_____!
0          1         2         3         4         5 Cm
  1. Cara verbal :
1 cm per 10 km;   1 inch to seven miles
Mencari Skala dari suatu peta yang skalanya tidak tercantum atau tidak diketahui
Ada beberapa cara untuk mencari skala suatu peta yang tidak diketahui skalanya.
  1. Membandingkan dengan peta lain yang daerahnya sama dan tercantum skalanya.
Untuk memudahkan perhitungan dapat digunakan rumus sebagai berikut:


               d1
P2 =  ———– x P1
d2
Keterangan:
P2             = Penyebut skala yang akan dicari
P1             = Penyebut skala yang diketahui skalanya
d1              = Jarak pada peta yang sudah diketahui skalanya
d2 = jarak pada peta yang dicari skalanya
  1. Membandingkan suatu jarak horizontal di lapangan dan jarak yang mewakilinya pada peta.
Contoh:
Jarak Titik A – B dalam peta  = 10 cm
Jarak titik  A – B diukur di lapangan = 5 km (500000 cm)
Jadi skala petanya adalah:
10 cm
Skala peta =  —————
500.000 cm
=      1/50.000     atau skala   1 : 50.000
  1. Dengan cara menghitung jarak dua buah garis lintang (paralel)
Contoh:



Jarak lengkung  1º paralel  di permukaan bumi 110,56 km (111 km)
Jarak  1º di peta diukur dengan penggaris  1,5 cm
Jadi skala peta  tersebut adalah:  1,5 cm : 111 km (11.100.000 cm)
Atau   skala 1 : 7.400.000
  1. Dengan cara menghitung  kontur interval khususnya pada peta rupabumi Indonesia
Contoh:
75
100
125
Peta tersebut di atas memiliki interval kontur  25 m, dengan demikian dapat dihitung skala petanya adalah:
Ci  =  1/2000  x Penyebut skala
25 =  1/2000
=  25 x 2000    =  50.000    atau    1 : 50.000

Memperbesar dan memperkecil skala peta 
Pada dasarnya skala peta dapat kita perbesar daperkecil sesuai keinginan atau kepentingan kita. Ada beberapa cara  yang dapata dilakukan untuk memeperbesar dan memperkecil skala peta,  yaitu:
  1. Dengan sistem grid bujur sangkar (grid square)
  2. Dengan alat pantograph
  3. Dengan foto copy
  4. Dengan menggunakan computer yang dilengkapi dengan perangkas lunak (software GIS) berbasis peta.
Sistem Grid Bujur Sangkar
Cara ini sering juga disebut metode Union Jack
Contoh:

Peta   skala  1 : 50.000    di ubah menjadi 1 : 25.000



















Dengan  alat Pantograf
Suatu alat memperbesar/memperkecil skala yang bekerjanya berdasarkan prinsip paralelogram. Alat ini paling banyak dijumpai di lembaga-lembaga perpetaan. Teknis operasionalnya juga relative mudah, namun sifatnya masih manual.
Dampak Perubahan Skala Pada Peta
Seorang pengguna peta perlu juga memahami dampak perubahan skala dalam membaca peta. Proses pengecilan peta dikenal dengan istilah generalisasi, misalnya dari skala 1 : 50.000 menjadi skala 1 : 25.000 (lihat gambar 01). Generalisasi adalah proses penyerderhanaan peta yang disebabkan adanya pengecilan atau turunan peta dari skala besar ke skala kecil dengan mempertahankan cirri/karakteristik utama dari peta yang bersangkutan.
Adapun ahal-hal yang dilakukan dalam generalisasi adalah : pemilihan, penyerderhanaan, kombinasi, pembesaran.
Gambar 01. Penyederhanaan obyek dengan skala yang berbeda
(dari skala 1 : 10.000 ke  1 : 50.000) dengan cara generalisasi



1)










2)
Detail obyek pada skala 1 : 25.000 tidak dapat dikenali
pada skala 1 : 50.000 –à maka perlu penyederhanaan



Skala 1 : 20.000                                           1 : 10.000
Pembuatan peta skala 1 : 10.000 dari data skala 1 : 25.000
tidak merubah tingkat detail informasi skala 1 : 10.000, artinya
Informasi yang disampaikan tetap informasi skala 1 : 25.000
Contoh merubah skala peta
Masalah umum yang timbul dalam kartografi adalah apabila peta akan diubah skalanya. Pelaksanaannya akan mudah apabila kita selalu ingat akan:
  • Arti atau maksud pada masing-masing skala
  • Bahwa 1 mil = 63.360 inchi dan 1 inci = 2,54 cm
  • 1 mil = 1,60934 km
  • 1 km = 0,621 mil
  • 1 kaki = 0,3048 m
Contoh 1:
Diketahui       : Skala angka  1 : 100.000
Ditanyakan   : ubah ke tipe skala lain
Jawab:
1 inci  pada peta sesuai dengan 100.000 inci  di lapangan atau sesuai
150.000
  • ———–  mil   =  1,36 mil   atau  skala 1 inci : 3,36 mil( 1 inch to 1,36
63.360
Miles)
  • 1 cm pada peta sesuai dengan 100.000 cm di lapangan atau sesuai dengan  1 km di lapangan.
  • Skala grafiknya :       0         1          2          3          4          5 km
!———!——–!——–!——–!——–!
Contoh 2:
Diketahui skala graffik sepanjang 5 cm yang menunjukkan  10 mil
Ditanyakan rubah ke tipe skala yang lain.
Jawab:
  • 5 cm pada peta sesuai dengan 10 mil di lapangan.
5/2,54 inci = ± 2 inci di peta sesuai dengan 10 mil di lapangan.
Skala inci disbanding milnya adalah   1 inci : 5 mil ( I inch to 5 miles)
  • 1 inci pada peta sesuai dengan 5 mil di lapangan atau sesuai dengan
5 x 63.360 = 316.800 inci di lapangan
Skala angkanya adalah:    1 :  316.000
PENGGUNAAN PETA
            Peta merupakan cermiman berbagai tipe informasi muka bumi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber data dan informasi spasial yang cukup baik.  Namun demikian untuk dapat menggunakan peta dengan baik diperlukan tuntunan dalam pemakaiannya. Ada tiga tahapan dalam menggunakan peta, yaitu: 1) tahap pembacaan; 2) tahap analisis; dan 3) tahap interpretasi.
  1. Membaca Peta
Membaca peta merupakan tahapan pertama dalam penggunaan peta, yakni mencoba mengidentifikasi symbol, membaca apa arti symbol. Untuk dapat melakukan pekerjaan ini, seseorang harus mengetahui tentang bahasa peta. Bahasa peta adalah informasi tepi peta yang meliputi: judul, nomor lembar peta, skala, orientasi, sumber pembuat peta, proyeksi peta, legenda, administrasi indek.
Dengan demikian begitu melihat symbol di dalam peta, pengguna akan menjadi jelas mengenai makna  ataupun bentuk unsure lingkungan apa yang tergambar dalam peta. Kesalahan yang sering terjadi adalah pengguna langsung berusaha menterjemahkan arti symbol-simbol tanpa mempelajari keterangan/legenda dan informasi tepi yang lain terlebih dahulu.
  1. 2.  Analisis Peta
Di dalam analisis peta, akan lebih baik apabila dilakukan oleh mereka yang mempunyai latar belakang pengetahuan ilmu-ilmu kebumian, antara lain pengetahuan geologi, geomorfologi, pertanian, kehutanan, kerekayasaan dan pakar lain yang berbasis keruangan. Meskipun analisis peta rupabumi dilakukan sesuai tujuan pembuatan peta, tetapi pendekatan utamanya adalah berdasarkan karakteristik geomorfologi.
Untuk sistematika analisisnya perlu memperhatikan tiga hal, yaitu:

1       Analisis harus dikerjakan secara bertahap.

2       Mulailah dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus/detil.
3       Lakukan analisis dari bentuk-bentuk yang paling diketahui (mudah) hingga bentuk-bentuk yang sulit atau belum diketahui.
Cara analisis peta dilakukan dengan memperhatikan pola garis kontur dan data geomorfologi, sehingga pendekatan utamanya adalah berdasarkan karakteristik geomorfologinya. Oleh karena itu, analisis dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Demikian pula dengan analisis citra dilakukan dengan memperhatikan unsur dasar pengenalan dan unsur dasar penafsiran dengan pendekatan utamanya adalah berdasarkan karakteristik geomorfologinya. Unsur dasar pengenalan meliputi bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona, tekstur, hubungan sekitar dan lokasi. Untuk unsur dasar penafsiran terdiri dari bentuklahan, pola pengaliran, tumbuhan penutup dan hasil budi daya manusia.
Dengan kata lain, analisis peta rupabumi atau citra adalah tindakan penyederhanaan fenomena-fenomena yang kompleks dari pola garis kontur, unsur dasar pengenalan dan penafsiran serta karakteristik geomorfologinya. Kemudian dilakukan pengelompokan untuk menyederhanakan atas dasar kesamaan-kesamaan perwatakan dari struktur geologi, proses geomorfologi dan kesan topografi. Analisis peta atau citra merupakan langkah awal dari evaluasi yang didasarkan pada identifikasi dan interpretasi pola garis kontur, unsur-unsur pengenalan dan penafsiran serta karakteristik geomorfologinya.
Perolehan data dari peta atau citra dapat dijadikan data dasar untuk analisis lanjutan yang evaluasinya dapat dilakukan secara manual maupun Sistem Informasi Geografi (SIG). Untuk analisis data yang telah diproses harus memperhatikan macam, banyak, sebaran dan validitas data.
  1. 3.  Interpretasi Peta
Interpretasi peta merupakan perbuatan mengkaji peta dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek sesuai tujuan dan latar belakang pengetahuan si penafsir. Dengan kata lain, interpretasi adalah mengungkap sesuatu dibalik fakta. Jadi interpretasi itu ilmiah.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa interpretasi peta atau citra adalah:
  1. Berupaya melalui proses penalaran atau mendeteksi, mengidentifikasi dan menilai arti penting obyek yang tergambar pada peta.
  2. Berupaya mengenali obyek yang tergambar pada peta dan menterjemahkan kedalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi, pertanian, kehutanan, ekologi, hidrologi dll.


Langkah-Langkah Interpretasi Peta
Terdapat tiga rangkaian kegiatan utama dalam interpretasi, yaitu:
  1. Deteksi: bersifat global, yaitu pengamatan atas adanya suatu obyek misal sungai, bukit, lembah, gawir, dll.
  2. Identifikasi: bersifat agak terperinci, yaitu upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup, misal  gosong sungai, bukit terisolasi, lembah antiklin, gawir sesar, dll.
  3. Analisis: pengenalan akhir atau terperinci yaitu tahap pengumpulan keterangan lebih lanjut.
  4. Mulailah dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus/rinci
  5. Lakukan analisis dari bentuk-bentuk yang paling diketahui (mudah) hingga bentuk-bentuk yang sulit atau belum diketahui.

Read more