About

sebuah blog karya salah satu guru di sekolah menengah atas unggulan di palembang, tepatny di SMA Negeri 5 Palembang, berisi materi-materi penting tentang ilmu geografi untuk Kelas SMA ataupun lanjutan...

Batuan


 Batuan
Batuan adalah materi padat berupa mineral maupun bahan organik yang menyusun bumi. Berdasarkan cara terjadinya, batuan dapat digolongkan menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf (malihan).
1. Batuan Beku, terbentuk dari magma yang membeku. Menurut tempatnya membeku, dibedakan atas batuan beku dalam, batuan beku korok dan batuan beku luar.
Batuan beku dalam membeku sebelum mencapai permukaan bumi. Karena itu pendinginan berlangsung lambat sehingga ada kesempatan membentuk kristal-kristal besar. Ciri khas batuan beku dalam adalah kristalnya besar atau disebut bertekstur kasar (Paneritik). Dari ukurannya tubuh batuan beku dalam dibedakan atas batuan beku dalam yang pipih (Tabular Pluton), biasanya relatif dekat ke permukaan bumi dan batuan beku dalam yang massif (Massive Pluton), biasanya letaknya relatif agak dalam dan besar (Sokes, 1978). Baik tabular pluton maupun massive pluton dibedakan lagi berdasarkan keselarasannya dengan batuan di sekitar. Tabular pluton yang selaras (concordant) dengan batuan sekitar disebut sill dan yang tidak selaras (discordant) dengan batuan sekitar disebut dike. Massive pluton yang selaras dengan batuan sekitar disebut lakolit dan yang tidak selaras disebut batolit.Batuan beku luar (sering pula disebut batuan leleran/batuan vulkanik) yang membeku di permukaan bumi. Batuan ini mengalami pendinginan cepat sehingga kristal-kristal yang dihasilkan halus atau disebut bertekstur halus (Apanitik). Jumlah batuan beku luar tidak sebanyak batuan beku dalam, kurang dari 1/10 batuan beku keseluruhan. Magma yang keluar ke permukaan bumi dapat melalui puncak gunungapi berupa bahan-bahan padat yang disemburkan ke udara, maupun melalui retakan dalam kerak bumi. Materi padat yang disemburkan letusan gunungapi dikenal dengan nama tephra atau piroklastik. Berdasarkan ukuran bahan padat tersebut dikenal sebagai bom yaitu bongkahan batuan berukuran lebih dari 64 mm, lapilli yang berukuran 2 - 64 mm, pasir bila berukuran 0,05 – 2 mm dan abu vulkanik bila berukuran 0,002 – 0,05 mm. Kalau proses pendinginannya sangat cepat, sehingga tidak mengkristal sama sekali maka akan membentuk gelas vulkan atau obsidian.
Magma yang keluar ke permukaan bumi dalam wujud cair/kental disebut lava. Jika aliran lava yang mencapai permukaan bumi mengandung banyak gas (terutama dari magma bersifat asam yang kaya silikat) maka terbentuklah batuan berongga-rongga yang disebut bertekstur vesikuler. Kalau batuan bertekstur vesikuler tersebut terbentuk dari riolit maka disebut batu apung (pumice) karena mengapung di dalam air, biasanya berwarna terang. Batuan vesikuler yang terbentuk dari basal disebut scoria, biasanya berwarna gelap.
Batuan beku korok membeku dalam pipa kepundan gunungapi atau retakan/celah-celah kerak bumi. Biasanya kristalnya halus karena pembekuan dekat dengan permukaan bumi tetapi di dalamnya terdapat kristal-kristal besar yang terbawa dari batuan beku dalam yang dilalui dalam perjalanan. Batuan demikian disebut bertekstur campuran (Porfiritik).


Batuan beku dapat pula dibedakan berdasarkan kandungan kimianya yang tercermin pula dari warna batuan menjadi batuan beku asam (> 65% silika), sedang (53 – 65% silika) dan basa (< 45% silika). Batuan beku asam banyak mengandung mineral-mineral silikat yang umumnya berwarna terang sehingga keseluruhan batuan ini berwarna lebih terang. Contohnya adalah granit dan riolit. Batuan beku basa kurang mineral-mineral silikat tetapi kaya mineral-mineral ferro-magnesia, umumnya berwarna gelap sehingga keseluruhan batuan ini berwarna lebih gelap. Contohnya adalah basal, peridotit dan gabro. Batuan beku sedang, seimbang antara mineral-mineral silikat dengan mineral-mineral ferromagnesia sehingga umumnya berwarna kelabu. Contohnya adalah andesit dan diorit. Perhatikan contoh batuan riolit dan granit, diorit dan andesit, basal dan gabro dalam Gambar 3. 19. Gambar 3. 19. Granit, Rhyolit, Diorit, Andesit, Gabro dan Basa Batuan beku banyak jenisnya karena perbedaan komposisi mineral dan teksturnya. Tekstur berkaitan dengan proses pendinginan magma. Untuk mengetahui terjadinya berbagai variasi batuan beku, N.L. Bowen melakukan percobaan yang disebutnya sebagai hasil dari proses differensiasi magma. Menurut Bowen, magma yang mendingin mengalami dua cabang reaksi yaitu continues series reaction dan discontinues series reaction, di satu sisi terjadi reaksi yang berlangsung terus menerus membentuk mineral-mineral silikat dan di sisi lain terjadi rekasi secara bertahap menghasilkan mineral-mineral ferromagnesia. Pada sisi discontinues series reaction, terjadi pengkristalan mineral-mineral feromagnesia secara bertahap sesuai dengan titik beku mineral, mulai dari olivin, piroksen, amfibol, biotit. Sebaliknya pada sisi continues series reaction, reaksi berlangsung terus-menerus secara perlahan tanpa fase-fase yang jelas di mana terjadi penggantian Ca dengan Na kemudian K menghasilkan mineral-mineral silikat seperti anortit, albit dan ortoklas. Jadi, pada temperatur yang masih tinggi batuan basa yang kaya dengan olivin dan piroksen yang banyak terbentuk. Sisa magma berkurang kandungan magnesium dan besinya, relatif banyak kandungan potasium, sodium dan silikon. Dengan demikian ketika temperatur semakin menurun, kristal-kristal mineral feromagnesia semakin berkurang dan sebaliknya mineral-mineral silikat semakin bertambah. Akibatnya batuan yang dihasilkan pada temperatur rendah adalah batuan asam yang kaya silikat. Kalau magma didinginkan secara perlahan-lahan maka akan membentuk kristal-kristal besar, yang menghasilkan batuan bertekstur kasar seperti gabro, diorit dan granit. Sebaliknya apabila didinginkan secara cepat maka akan menghasilkan batuan bertekstur halus yang komposisinya hampir sama dengan batuan bertekstur kasar seperti basal (sama dengan gabro), andesit (sama dengan diorit) dan riolit (sama dengan granit). Adapun reaksi Bowen yang menunjukkan urutan kristalisasi mineral pada proses pendinginan lambat dapat dilihat pada diagram gambar 3. 20. Klasifikasi batuan beku secara sederhana dapat dilihat di Gambar 3. 21. 3. 21. Klasifikasi Batuan Beku Secara Sederhana (Sumber: Wicander, Reed, Monroe, James S, 2002). Gambar 3. 22. Contoh lain batuan beku: tuff, obsidian, batuapung dan scoria 2. Batuan Sedimen, batuan yang terbentuknya lewat proses pengendapan, baik secara fisik maupun secara kimiawi. Hasil rombakan batuan di tempat tinggi yang terangkut ke tempat lebih rendah kemudian diendapkan, termasuk proses pengendapan secara fisik/ mekanik/klastik. Bahan sedimen tersebut selanjutnya mengalami proses sementasi dengan bahan perekat berupa bahan-bahan halus seperti liat, lempung, kapur, silikat, dan sebagainya. Endapan tersebut kemudian tertutup dengan bahan sedimen berikutnya, menekan kebawah sehingga terjadi proses litifikasi atau proses mengerasnya bahan sedimen yang terekat tadi. Hasilnya disebut batuan sedimen yang bermacam-macam sesuai dengan ukuran dan jenis bahan sedimen yang diendapkan. Sekitar 80% permukaan benua tertutup dengan batuan sedimen walaupun volumenya hanya sekitar 5% volume kerak bumi. Batuan beku paling banyak di kerak bumi, yaitu sekitar 80% volume kerak bumi. Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan/erosi , dapat digolongkan atas: a) Sedimen aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air. Contoh: sand bar (gosong pasir), flood plain (dataran banjir), natural levee (tanggul alam), alluvial fan ( kipas aluvial), delta dan sebagainya. b) Sedimen aeolis/aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin. Contoh: sand dunes(bukit pasir), tanah loss dan sebagainya. c) Sedimen glasial, yaitu sedimen yang diangkut oleh tenaga gletser. Contoh: morena, drumline. Klasifikasi lain berdasarkan cara pengendapan: a. Batuan Sedimen Klastis/Mekanik/Fisik (klastic = lepas-lepas), yaitu batuan sedimen yang diendapkan dalam bentuk bahan-bahan padat hasil pelapukan dan erosi kemudian mengalami sementasi dan litifikasi menjadi batuan sedimen. Berdasarkan besarnya butir dari bahan sedimen yang terekat dapat digolongkan lebih lanjut seperti dalam tabel berikut ini. Tabel 3. Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik Diameter (mm) Skala Wentworth Nama Bahan Sedimen Nama Batuan Sedimen > 256 Boulder (Bongkah)
64 – 256 Cobble (Brangkal)
4 – 64 Pebble (Krakal) Konglomerat bila permukaan bahan yang terekat halus, bentuknya bulat-bulat; Breksi bila permukaannya kasar, bentuknya runcing-runcing.
2 – 4 Granule (Kerikil)
0,05 – 2 Sand (Pasir) Sandstone (Batu pasir)
0,002 – 0,05 Silt (Lanau) Siltstone (Batu lanau)
< 0.002 Clay (Lempung) Claystone, shale, mudstone Sumber: Plummer & McGeary, 1985 Batuan sedimen yang dihasilkan kalau ukuran bahan sedimen yang terekat satu sama lain berukuran besar (> 2 mm),disebut konglomerat atau breksi tinggal memperhatikan apakah bahan sedimen yang terekat satu sama lain permukaannya halus atau runcing. Kalau bahan-bahan sedimen yang terekat tersebut permukaannya halus dan berbentuk bulat-bulat, memberikan gambaran bahwa asalnya dari tempat yang jauh dimana dalam perjalanan telah mengalami penghalusan permukaan, terutama oleh pengangkutan air sungai disebut konglomerat, dan jika kasar dan berbentuk runcing-runcing, memberikan gambaran bahwa asalnya tidak jauh dari tempat diketemukan disebut breksi (gambar 3. 23).
Jika ukuran bahan sedimen yang terekat jadi satu 0,05 – 2 mm maka disebut batupasir (sandstone). Jenis batu pasir diberi nama menurut mineral penyusunnya. Bila hampir seluruhnya berupa pasir kuarsa maka disebut Ortoquartzite; bila terdiri dari felspar dan kuarsa maka disebut Arkose (warna merah dari kebanyakan arkose disebabkan oleh kandungan ortoklas) bila terdiri dari kuarsa, felspar dan sekitar 15% atau lebih hancuran batuan lain disebut Graywacke (sering pula disebut breksi mikro), tetapi kalau hancuran batuan lain kurang dari 15% maka batuan disebut Arenit; bila berwarna hijau batuan disebut Greensand atau Glauconitic sandstone karena warna hijau,berasal dari glaukanit, suatu silikat besi yang kompleks.

Leave a Reply