About

sebuah blog karya salah satu guru di sekolah menengah atas unggulan di palembang, tepatny di SMA Negeri 5 Palembang, berisi materi-materi penting tentang ilmu geografi untuk Kelas SMA ataupun lanjutan...

Gempa Bumi


 Gempabumi adalah perambatan gelombang dalam kerak bumi dari suatu tempat di mana terjadi pelepasan energi. Energi yang dilepaskan merambat ke segala arah dalam bentuk Gelombang Primer (Longitudinal), Gelombang Sekunder (Transversal) atau Gelombang Permukaan. Getaran gelombang Primer searah dengan arah geraknya, sedang getaran gelombang Sekunder tegak lurus arah geraknya. Gelombang Permukaan (gelombang Panjang) merambat di permukaan dari episentrum ke segala arah. Ada yang getarannya kesamping kiri-kanan (gelombang cinta, love wave) dan ada yang naik-turun (gelombang Rayleigh). Kebanyakan gempa yang terjadi merupakan kombinasi antara gelombang cinta dan rayleigh, sehingga merusak fondasi dan kerusakan hebat, karena tanah naik turun sekaligus ke samping kiri-kanan pada saat yang bersamaan seperti yang dirasakan penduduk di Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2006. Perambatan Gelombang Permukaan Gempabumi merupakan peristiwa alam yang paling banyak menimbulkan kerugian bahkan menyebabkan korban jiwa, terutama dari perambatan gelombang permukaan. Kerusakan akibat gempa bumi biasanya diikuti bencana sekunder, misalnya kebakaran, terputusnya jalur transportasi, longsor, terputusnya aliran listrik, terputusnya saluran air dan sebagainya. Kerusakan waduk akibat gempa dapat menimbulkan banjir. Demikian pula kalau instalasi nuklir hancur akibat gempa dapat menimbulkan bahaya radioaktif. Kalau gempabumi terjadi di dasar laut, dapat menimbulkan gelombang tinggi yang disebut tsunami yang sangat banyak membawa korban jiwa, kerusakan, bahkan kapal dapat dihempaskan ke daratan seperti yang terjadi di Aceh pada bulan Desember tahun 2004. Sampai saat ini masih sulit untuk meramalkan terjadinya gempa. Karena itu terutama diusahakan memperkecil kerugian yang disebabkan oleh gempa bumi. A. Macam-Macam Gempabumi Gempabumi dapat diklasifikasikan berdasarkan terjadinya, yaitu gempa tektonik, gempa vulkanik dan gempa terban. Kebanyakan gempabumi yang terjadi di dunia tergolong gempa tektonik. 1) Gempa Tektonik, adalah gempabumi yang terjadi karena gerak-gerak kerak bumi. Umumnya gerak-gerak kerak bumi yang menimbulkan patahanlah yang menghasilkan gempabumi. Karena itu sering pula disebut gempa dislokasi. Gempa tektonik paling sering terjadi (sekitar 90%), juga paling banyak merusak dan sulit diramalkan. 2) Gempa Vulkanik, adalah gempabumi yang terjadi karena gerakan magma dari dalam bumi. Goncangannya hanya terasa sekitar gunungapi yang sedang aktif, tidak meluas dan tidak sesering gempa tektonik (sekitar 7%). Sebelum gunungapi meletus biasanya didahului oleh gempabumi dan semakin meningkat mendekati puncak letusan. Demikian juga pada saat letusan berlangsung bahkan sesudah letusan gunungapi masih terasa goncangan gempabumi. 3) Gempa Terban/Runtuhan, adalah gempabumi yang terjadi karena adanya longsor atau runtuhnya gua bawah tanah. Goncangannya hanya dirasakan sekitar daerah yang longsor atau runtuh, dan hanya sekitar 3% dari keseluruhan gempa di bumi. Gempabumi dapat pula dikelompokkan berdasarkan kedalaman pusat gempa, yaitu gempa dangkal, sedang dan dalam. Perhatikan klasifikasi gempa berdasarkan kedalaman hiposentrum dalam tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Macam- Macam gempa berdasarkan kedalamannya Kriteria K e d a l a m a n (km) Menurut Dobrein Menurut Allison Dangkal < 70 < 60 Sedang 70 – 300 km 60 – 300 Dalam > 300 > 300 – 720

Menurut Allison, gempabumi terdalam yang pernah dikenal kedalamannya hanya 720 km di rangkaian pulau-pulau Pasifik. Sekitar 85 – 90% dari semua gempabumi tergolong dangkal, kebanyakan dalamnya kurang dari 8 km. Seringnya terjadi gempa dangkal karena bagian kerak bumi yang aktif mengalami pergeseran adalah bagian atas. Gempa dalam jarang, berkaitan dengan temperatur dan tekanan hidrostatika. Semakin tinggi temperatur dan tekanan hidrostatika semakin lentur batuan yang berarti titik patahnya juga akan tinggi. Dengan demikian sulit mengalami patahan karena dapat dinetralisir oleh keplastisan batuan. Karena makin dalam makin tinggi temperatur dan tekanan hidrostatika, maka jarang terjadi pusat gempa di lapisan yang dalam. Biasanya gempa dalam dijumpai pada perbatasan lempeng tipe konvergen yaitu pada zone subduksi di mana kerak bumi menunjam ke lapisan bawah.
1) Gempa dangkal, adalah gempabumi yang hiposentrumnya kurang dari 70 kilometer. Gempa ini paling sering terjadi karena bagian paling atas dari kerak bumi yang paling mobil.
2) Gempa sedang, adalah gempabumi yang kedalaman hiposentrumnya antara 70 – 300 kilometer.
3) Gempa dalam, adalah gempabumi yang kedalaman hiposentrumnya lebih dari 300 kilometer. Gempa ini jarang terjadi, hanya dijumpai pada zone subduksi dimana salah satu lempeng membenam masuk ke lapisan dalam.
Apabila episentrum gempabumi yang pernah terjadi digambar dalam suatu peta dunia, ternyata tidak tersebar merata melainkan dalam suatu daerah sempit yang memanjang mengikuti batas lempeng litosfer yaitu sekitar Sirkum Pasifik, Sirkum Mediteran dan pegunungan tengah samudera.
B. Episentrum dan Hiposentrum Gempabumi
Pusat gempa yang di dalam bumi disebut hiposentrum gempa, dan tempat di permukaan bumi tepat tegak lurus di atas hiposentrum disebut episentrum gempa (Yunani: hypo = di bawah; epi = di atas). Daerah sekitar episentrum gempa inilah yang paling banyak menderita kerusakan akibat gempa. Oleh karena itu episentrum gempa adalah tempat yang mula-mula dicari.
Untuk menghitung jarak stasion pencatat gempa ke episentrum gempa digunakan rumus
Laska:  = { ( S – P ) – 1’ } 1000 km.D  = jarak keDKeterangan:  episentrum, S = saat gelombang S tercatat di seismograf; P = saat gelombang P tercatat di seismograf.
Rumus Laska ini kurang teliti karena tidak memperhitungkan perlambatan gerak gelombang. Untuk itu maka para ahli seismologi telah menyusun tabel lebih teliti yang menunjukkan hubungan antara jarak episentrum, waktu yang dibutuhkan gelombang Primer, waktu yang dibutuhkan gelombang Sekunder dan selisih waktu yang diperlukan gelombang Primer dan gelombang Sekunder, sehingga dengan cepat dapat diketahui jarak episentrum dari stasion pencatat gempa. Contoh tabel dapat dilihat di bawah ini (tidak lengkap, seharusnya jarak dari pusat gempabumi setiap kilometer). Jarak dari pusat gempa (km) Waktu yang diperlukan:
Gelombang P Gelombang S Interval waktu antara gelombang P dan S
menit detik menit detik menit detik
1.600 3 22 6 3 2 41
3.100 5 56 10 48 4 52
4.900 8 01 14 28 6 27
6.500 9 50 17 50 8 00
8.000 11 26 20 51 9 25
9.500 12 43 23 27 10 44
11.000 13 50 25 39 11 49
Sumber: Sokes, 1978.
Contoh penggunaan tabel: sebuah gempabumi tercatat oleh alat seismograf di Tanjung Kodok pada tanggal 11 Juni 1983 pukul 11 30’ 42” berupa gelombang P, dan gelombang S tercatat 4’ 52” kemudian setelah gelombang P. Berapa jarak Episentrum gempa dari Tanjung Kodok dan kapan gempa terjadi di Episentrum? Dengan menggunakan tabel di atas dapat dilihat bahwa jarak Episentrum gempa dari Tangjung Kodok adalah 3.100 km (dari selisih waktu gelombang P dan S 4’ 52”, kemudian ditelusuri ke kiri). Karena gelombang Primer membutuhkan waktu 5’ 56” untuk menempuh jarak 3.100 km, maka berarti gempa terjadi di Episentrum pada pukul 11 24’ 46”.
Untuk menentukan letak episentrum gempa, diperlukan catatan gempa paling sedikit dari 3 stasion pencatat gempa. Berdasarkan data tersebut dihitung jarak masing-masing stasion gempa ke episentrum, kemudian di masing-masing stasion dibuat lingkaran berjari-jari sesuai jaraknya ke episentrum. Titik potong ketiga lingkaran tersebut adalah episentrum gempa.

Leave a Reply