About

sebuah blog karya salah satu guru di sekolah menengah atas unggulan di palembang, tepatny di SMA Negeri 5 Palembang, berisi materi-materi penting tentang ilmu geografi untuk Kelas SMA ataupun lanjutan...

Cara Mengukur Struktur Bidang Dengan Kompas Geologi


Cara mengukur struktur bidang dengan kompas geologi: 1. Pengukuran jurus (Strike): letakkan kompas dengan sisi E menempel pada batuan tegak lurus kemiringan. Levelkan kompas yang ditunjukkan oleh gelembung udara masuk ke dalam mata sapi. Angka yang ditunjukkan jarum penunjuk utara adalah harga jurus, misalnya 2800. Beri tanda garis di sisi kompas yang menempel pada batuan. 2. Kemiringan (Dip): letakkan kompas tegak lurus pada garis yang telah dibuat dengan sisi W menempel di batuan tegak lurus garis yang dibuat di batuan. Atur klinometer sampai nivo, baca kemiringannya. 3. Arah kemiringan (Direction of dip): letakkan kompas dengan sisi S menempel pada batuan sejajar dengan garis, atur sampai nivo, baca angka yang ditunjukkan jarum penunjuk utara. Arah itulah arah kemiringan lereng. Struktur-struktur diastropik terdiri dari: A. Pelengkungan (Warping): Gerakan vertikal yang tidak merata di suatu daerah khususnya yang berbatuan sedimen, akan menghasilkan perubahan struktur perlapisan yang semula kurang lebih horizontal menjadi melengkung. Kalau melengkung ke atas maka disebut dome (kubah) dan bila melengkung ke bawah disebut basin (basin). Diameternya bisa mencapai beberapa kilometer. B. Lipatan (Folding): Struktur batuan akan mengalami pelipatan bila menderita tekanan lemah tetapi berlangsung dalam waktu lama. Besarnya tekanan masih di bawah titik patah batuan sehingga dapat dinetralisir oleh keplastisan batuan. Bagian puncak lipatan disebut antiklin, dan lembah lipatan disebut sinklin. Daerah pegunungan lipatan biasanya dihasilkan oleh tekanan horizontal. Di atas puncak lipatan biasanya masih terjadi lipatan-lipatan kecil, demikian juga di lembah lipatan. Puncak lipatan utama disebut antiklinorium (antiklinoria) dan lembah lipatan utama disebut sinklinorium (sinklinoria). Puncak dan lembah kecil-kecil di antiklinorium atau sinklinorium disebut antiklin dan sinklin. Geantiklin dan geosinklin digunakan untuk pelipatan yang sangat hebat, di geantiklin dan geosinklin terdapat antiklinorium dan sinklinorium. Berdasarkan sumbu lipatan, dikenal beberapa tipe dasar lipatan: Gambar 5. 3. Tipe-tipe dasar lipatan: A. Lipatan simetris, B. Isoklin, C. Lipatan simetris, D. Lipatan miring (Overturned), E. Lipatan rebah (Recumbent) 1. Lipatan simetris adalah lipatan yang antiklin dan sinklinnya simetris, atau sumbu lipatan tepat di tengah membagi dua sama besar kedua bibir lipatan. Biasanya dihasilkan oleh gaya horizontal dari dua arah yang berlawanan dan seimbang. 2. Isoklin adalah lipatan tegak atau miring yang sudut kemiringannya sama. 3. Lipatan asimetris adalah lipatan yang antiklin dan sinklinnya tidak simetris, atau sumbu lipatannya tidak membagi dua sama besar kedua bibir lipatan. Biasanya terbentuk karena gaya horizontal dari dua arah yang berlawanan dan tidak seimbang. 4. Lipatan miring (overturned folded) adalah lipatan yang salah satu bibir lipatan miring. Kedua bibir lipatan miring ke arah yang sama tetapi tidak sama besar sudutnya. 5. Lipatan rebah (recumbent) adalah sumbu lipatan sudah mendatar atau hampir mendatar. 6. Monoklin adalah lengkungan yang menghubungkan dua dataran (perhatikan gambar 5. 4 di bawah ini). C. Retakan (Jointing). Retakan adalah struktur yang terbentuk karena gaya regangan yang menyebabkan batuan retak, namun tidak mengalami dislokasi/masih bersambung. Gaya regangan bekerja tegak lurus pada bidang retakan ke dua arah berlawanan. Biasanya dijumpai pada batuan yang rapuh sehingga dengan tenaga kecil saja sudah mengalami retak. Retak yang dijumpai di puncak lipatan dikenal sebagai tektonic joint. Perhatikan gambar 5. 6. D. Patahan atau Sesar (Faulting). Patahan terjadi bila tekanan cukup kuat, melampaui titik patah batuan, apalagi jika terjadinya cepat. Batuan tidak hanya retak-retak tetapi terjadi pergeseran/ dislokasi sehingga tidak bersambung lagi. Berdasarkan arah gerak blok batuan disepanjang bidang patahan dikenal pula beberapa tipe dasar patahan : 1. Strike-slip Fault/Transcurrent Fault adalah patahan yang arah gerakannya horizaontal dengan arah berlawanan. 2. Dip-slip Fault yaitu patahan yang gerakannya sepanjang bidang patahan miring. Bila gerakannya mengarah ke bawah sesuai dengan gaya berat disebut Normal Fault atau Gravity Fault (Patahan Normal), sedang bila gerakannya ke atas disebut Reverse Fault(bila ≥45o) atau Thrust Fault (< 45o) atau patahan terbalik. 3. Rotational Fault (Hinge Fault) yaitu patahan yang gerakannya memutar pada bidang patahan 4. Oblique-slip Fault, yaitu patahan yang gerakannya mendatar saling menjauhi atau arah lain yang tidak termasuk dalam jenis patahan di atas.

Leave a Reply